📅 1 September 2025 🍂 Musim Berganti, Tapi Tuhan Tetap Sama

Selama Perang Dunia Kedua, seorang wanita Belanda sederhana bernama Corrie ten Boom berani bersama keluarganya menyembunyikan orang Yahudi dari Nazi.  Mereka akhirnya ditangkap dan dikirim ke kamp konsentrasi.  Corrie menyaksikan kematian kakaknya, Betsie.  Hidupnya mengalami pergeseran drastis dari musim terang ke musim gelap yang mengerikan.

Namun, Corrie belajar satu hal penting selama horor kamp konsentrasi itu: musim berganti, tetapi Tuhan tidak berubah.  Ia sering mengingat apa yang dikatakan kakaknya Betsie sebelum dia meninggal, "Tidak ada lubang yang begitu dalam, hingga kasih Allah tidak lebih dalam dari itu," saat dia masih hidup.  Kalimat ini memberikan kekuatan kepada Corrie selama akhir-akhir hidupnya.  Setelah dibebaskan, Corrie bekerja sebagai penginjil di seluruh dunia, menyebarkan berita pengharapan dan pengampunan.

“Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apa pun di bawah langit ada waktunya.”
— Pengkhotbah 3:1

Saudara, hidup ini penuh musim. Kadang kita ada di musim tertawa, kadang di musim menangis. Kadang di musim keberhasilan, kadang di musim kehilangan. Tapi satu hal pasti: Tuhan tetap sama. Ia tidak pernah meninggalkan saudara di musim tergelap sekalipun. Bahkan penderitaan pun bisa menjadi ladang tempat iman berakar dalam dan kasih Kristus bersinar lebih terang.

Tugas saudara bukan mengendalikan musim, melainkan tetap berbuah di dalam setiap musim. Ketika badai datang—berpeganglah. Ketika damai hadir—bersyukurlah. Karena setiap musim adalah bagian dari rencana Allah yang indah.

Pertanyaan refleksi:
Musim apakah yang sedang saudara jalani hari ini, dan apakah saudara masih percaya bahwa Tuhan hadir di sana?

Kalimat kunci:
Musim boleh berubah, tetapi kasih Tuhan tidak pernah pudar—Ia tetap setia dari awal hingga akhir.

Stay Connected

To stay up to date on everything happening at GBI Eben Haezer, subscribe to our weekly newsletter.