📅 10 Agustus 2025 🏥 Doa di Ruang ICU

Ibu D., seorang pengusaha dari Medan, dikenal tangguh dan mandiri. Namun semuanya berubah saat suaminya masuk ICU karena serangan jantung. Dokter berkata, “Kami sudah berusaha. Sisanya, hanya bisa menunggu.”

Di ruang tunggu rumah sakit, Ibu D. duduk diam. Untuk pertama kalinya dalam hidupnya, ia merasa benar-benar tak berdaya. Tak bisa membantu dengan uang, tak bisa mengganti penderitaan suaminya. Ia hanya bisa berdoa.

Tangannya gemetar saat memegang tangan suaminya. “Tuhan Yesus, saya tidak tahu lagi harus bagaimana. Tapi saya tahu Engkau tetap Tuhan,” bisiknya.

Keesokan paginya, detak jantung suaminya mulai stabil. Beberapa hari kemudian, ia mulai sadar. Ibu D. percaya itu bukan hanya hasil medis. Itu adalah hasil dari doa yang berserah total.

“Percayalah kepada Tuhan dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri.”
— Amsal 3:5

Saudara, saat segala kekuatan saudara tidak lagi bisa menolong, doa menjadi tempat penyerahan yang paling kuat. Bukan karena kata-katanya indah, tapi karena hatinya merendah.

Pertanyaan refleksi:
Apakah saudara bersedia belajar melepaskan kendali dan berserah melalui doa?

Kalimat kunci:
Doa yang lahir dari ketidakberdayaan justru menjadi wadah bagi kuasa Tuhan dinyatakan.


Stay Connected

To stay up to date on everything happening at GBI Eben Haezer, subscribe to our weekly newsletter.