16 Juli 2025 ⛓️ Kesempatan Kedua di Meja Tukang Jahit

Ibu L., seorang penjahit rumahan dari Solo, dulunya adalah wanita yang keras, mudah marah, dan penuh kepahitan karena ditinggal suami tanpa kejelasan. Ia membesarkan tiga anak seorang diri dengan ekonomi yang berat. Dalam frustrasinya, ia pernah berkata, “Tuhan itu tidak adil.” Ia berhenti ke gereja dan menutup diri dari komunitas rohani.

Namun hidupnya mulai berubah ketika seorang pelanggan—seorang ibu gembala jemaat—mengobrol hangat sambil menunggu pakaian selesai dijahit. Sang ibu ini tidak menghakimi, melainkan mendengarkan dan berdoa diam-diam. Setiap kali datang, ia menyelipkan ayat firman dalam potongan kertas kecil. “Saya tidak bisa berkhotbah,” katanya, “tapi saya tahu Tuhan masih sayang Ibu.”

Lambat laun, hati Ibu L. mulai melembut. Ia kembali membuka Alkitab, lalu datang ke gereja. Dalam ibadah yang sederhana, ia menangis dan menyerahkan hidupnya kembali kepada Kristus. Hari ini, Ibu L. tidak hanya menjahit pakaian, tapi juga menjahit pengharapan. Ia melayani para janda dan ibu tunggal di komunitasnya, menjadi sahabat dan penguat bagi yang putus asa.

“Ia menyembuhkan orang-orang yang patah hati dan membalut luka-luka mereka.”
Mazmur 147:3

Saudara, tidak ada hati yang terlalu rusak untuk Tuhan jahit kembali. Dalam tangan kasih-Nya, sobekan masa lalu dijadikan karya pemulihan.

Pertanyaan refleksi:
Siapa dalam hidup saudara yang Tuhan ingin saudara datangi sebagai saluran kasih-Nya, seperti sang pelanggan yang setia itu?

Kalimat kunci:
Tuhan bisa menjahit kembali kehidupan yang koyak—dan menjadikannya pakaian kesaksian yang indah.

Stay Connected

To stay up to date on everything happening at GBI Eben Haezer, subscribe to our weekly newsletter.