📅 7 Juli 2025 🛡️ Tuhan Menyertai yang Gagal

Pada tahun 1952, seorang gadis muda bernama Florence Chadwick mencoba menjadi wanita pertama yang berenang melintasi Selat Catalina di California. Ia telah memecahkan berbagai rekor sebelumnya, tetapi hari itu kabut tebal menyelimuti laut. Setelah berenang lebih dari 15 jam, tubuhnya kelelahan dan pikirannya mulai dikuasai rasa putus asa. Ia menyerah, meminta untuk ditarik ke perahu pengiring.

Ketika perahu melaju ke arah daratan, Florence menangis. Ia baru tahu bahwa daratan tinggal kurang dari satu mil dari tempat ia berhenti. “Jika saja aku bisa melihatnya,” katanya kemudian, “aku pasti bisa bertahan.” Dua bulan kemudian, ia mencoba lagi. Kali ini, meskipun kabut kembali turun, ia berhasil. Apa bedanya? “Kali ini,” katanya, “aku terus membayangkan pantai itu dalam pikiranku.”

Florence mengajarkan kita satu hal: penyertaan tidak selalu berarti hilangnya kabut, tetapi kehadiran kekuatan untuk terus berenang dalam iman.

Demikian juga Musa, yang telah gagal di masa lalunya. Ia takut, ragu, merasa tak layak. Namun Tuhan tak menghapus misinya. Ia hanya memberikan satu janji:

“Bukankah Aku akan menyertai engkau?”
— Keluaran 3:12

Saudara, penyertaan Tuhan adalah kekuatan di tengah keraguan. Ia tidak menunggu saudara menjadi sempurna. Ia hanya menunggu saudara percaya dan melangkah. Seperti Musa, saudara bisa bangkit—bukan karena saudara kuat, tapi karena Tuhan berjalan bersama saudara.

Pertanyaan refleksi:
Apakah saudara percaya bahwa Tuhan tetap menyertai saudara, bahkan ketika saudara merasa gagal dan tidak layak?

Kalimat kunci:
Penyertaan Tuhan bukan janji jalan yang mudah, tapi jaminan bahwa saudara tidak akan pernah berjalan sendirian.



 

Stay Connected

To stay up to date on everything happening at GBI Eben Haezer, subscribe to our weekly newsletter.