📅 5 Juli 2025 🏰 Yusuf: Dari Penjara ke Istana

Tahun 1994, Anthony Ray Hinton dijatuhi hukuman mati di Alabama atas tuduhan pembunuhan. Ia bersikeras bahwa ia tidak bersalah. Selama hampir 30 tahun, ia hidup di sel sempit tanpa jendela, dikelilingi suara-suara kematian dari narapidana lain yang dieksekusi. Tapi di tengah penderitaan itu, Hinton memilih untuk tidak membenci. Ia mulai membaca Alkitab, berdoa, dan bahkan membentuk klub buku kecil bersama sesama tahanan. Ia berkata, “Mereka boleh mengambil kebebasanku, tapi bukan imanku.” Pada tahun 2015, Mahkamah Agung Amerika Serikat membatalkan kasusnya setelah bukti forensik membuktikan ia tidak bersalah. Hinton bebas—tapi lebih dari itu, ia keluar tanpa dendam. Kini, ia menjadi pembicara publik tentang pengampunan dan keadilan. Dalam salah satu pidatonya, ia berkata, “Saya kehilangan 30 tahun hidup saya. Tapi saya tidak kehilangan kasih Tuhan. Itu yang menyelamatkan saya.”

 

Kisah Anthony Hinton mencerminkan perjalanan Yusuf dalam Alkitab. Yusuf dijual oleh saudara-saudaranya, difitnah oleh istri Potifar, dan dipenjara selama bertahun-tahun—semua karena ia hidup benar. Tapi Allah tidak meninggalkannya.

“Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan.”
— Kejadian 50:20

Saudara, ketika hidup terasa tidak adil, dan saudara dihukum untuk sesuatu yang bukan kesalahan saudara, ingatlah: Tuhan tetap bekerja. Bahkan dalam penjara yang terdalam, Tuhan sedang mempersiapkan saudara untuk tujuan-Nya yang tertinggi.

Pertanyaan refleksi:
Apakah saudara percaya bahwa Tuhan mampu memakai penderitaan saudara untuk menjadi saluran berkat bagi orang lain?

Kalimat kunci:
Apa yang dimaksudkan dunia untuk menghancurkan saudara, sanggup Tuhan pakai sebagai jalan untuk meninggikan saudara.



 

Stay Connected

To stay up to date on everything happening at GBI Eben Haezer, subscribe to our weekly newsletter.