Senin, 30 Juni 2025 – Roh Kudus Mengubah Doa Menjadi Persekutuan

Brother Lawrence adalah seorang biarawan sederhana yang bekerja di dapur biara pada abad ke-17 di Perancis. Ia tidak memiliki jabatan tinggi atau pendidikan teologi mendalam, tetapi ia dikenal di seluruh Eropa karena satu hal: persekutuannya yang tak putus-putus dengan Tuhan.

Bagi Lawrence, mencuci piring dan memotong sayur sama sakralnya dengan doa resmi di kapel. Ia menulis dalam bukunya The Practice of the Presence of God, bahwa “tidak ada perbedaan antara waktu kerja dan waktu doa jika hatiku tetap bersambung dengan Roh Kudus.” Ia menyadari bahwa Roh Kudus hadir bukan hanya dalam ruang doa, tetapi juga dalam setiap momen kehidupan.

Lawrence tidak menggunakan kata-kata rumit dalam doanya. Ia sering hanya berkata, “Ya Tuhan, aku mengasihi-Mu.” Namun ia melakukannya dengan kesadaran penuh bahwa Allah mendengarkan. Doanya tidak berhenti saat ‘amin’ diucapkan—hidupnya menjadi doa yang berjalan, bernapas, dan bergerak.

Bahkan ketika tubuhnya mulai sakit dan tua, Lawrence tetap bersukacita. Ia berkata, “Ketika jiwaku bersatu dengan-Nya, tidak ada rasa sakit yang bisa memisahkan.” Semua itu karena Roh Kudus mengubah doa menjadi persekutuan yang kekal.

Firman:
"Sebab oleh Dia kita... beroleh jalan masuk kepada Bapa dalam satu Roh."Efesus 2:18

Renungan:
Doa sejati bukan rutinitas harian, tapi persekutuan yang hidup. Roh Kuduslah yang membawa saudara masuk ke hadirat Allah, bukan hanya untuk berbicara, tapi untuk tinggal. Di sanalah saudara mengenal Tuhan lebih dari sekadar kata.

Refleksi:
Apakah saudara membiarkan Roh Kudus menjadikan hidupmu sebagai persekutuan yang terus-menerus dengan Bapa?

Kalimat kunci:
“Roh Kudus menjadikan doa bukan hanya waktu tertentu, tapi gaya hidup yang terhubung terus dengan surga.”

 

Stay Connected

To stay up to date on everything happening at GBI Eben Haezer, subscribe to our weekly newsletter.