📅 17 Oktober 2025 🇺🇬 Doa Syafaat yang Menyelamatkan Bangsa

Pada dekade 1970-an, Uganda berada di bawah rezim diktator Idi Amin. Negara itu hancur karena pembunuhan massal, korupsi, dan ketidakadilan. Banyak orang kehilangan harapan. Namun di balik penderitaan itu, kelompok-kelompok kecil orang percaya mulai berkumpul dalam doa syafaat. Mereka berdoa dengan sederhana, memohon agar Tuhan campur tangan. Doa mereka tidak terdengar di panggung politik, tetapi terdengar di surga.

Beberapa tahun kemudian, rezim kejam itu runtuh. Meskipun bangsa Uganda tidak langsung sembuh, doa-doa syafaat itu melahirkan kebangunan rohani yang besar. Dari kampus-kampus hingga desa-desa, api doa menyebar. Hari ini, Uganda dikenal sebagai salah satu negara Afrika dengan gerakan doa yang kuat, bahkan menjadi berkat bagi bangsa-bangsa lain.

“Aku mencari... seorang yang berdiri di celah di hadapan-Ku bagi negeri itu...”
 â€” Yehezkiel 22:30

Firman ini nyata di Uganda. Tuhan mencari orang yang mau berdiri di celah, memohon belas kasihan bagi bangsanya. Doa syafaat tidak selalu segera terlihat hasilnya, tetapi doa itulah yang menopang bangsa dalam kegelapan. Satu kelompok kecil yang setia berdoa dapat menggerakkan tangan Allah atas jutaan orang.

Saudara, bangsa kita juga membutuhkan orang yang berdiri di celah. Tuhan tidak meminta semua orang menjadi pemimpin negara, tetapi Ia mencari hati yang mau berlutut di hadapan-Nya. Maukah saudara mengambil bagian itu?

Pertanyaan refleksi:
Apakah saudara bersedia berdiri di celah, berdoa bagi bangsa ini, meski hasilnya mungkin baru terlihat di generasi berikutnya?

Kalimat kunci:
Doa syafaat yang setia, meski kecil, sanggup menyelamatkan bangsa dari kehancuran.

Stay Connected

To stay up to date on everything happening at GBI Eben Haezer, subscribe to our weekly newsletter.